“Tentara kita yang terlihat kecil dan seakan-akan tidak mampu dalam mengikuti latihan RIMPAC 2014, tetapi terbukti kita bukan tentara yunior. Tentara kita dipercaya untuk mengawaki kompi latihan selama RIMPAC berlangsung,” kata Briand saat ditemui redaksi sehabis pulang dari Hawaii beberapa waktu lalu.
“Justru aneh jika kita tidak menjadi yang terbaik dalam pelatihan ini. Karena setiap pelatihan seperti ini kita selalu menjadi yang terbaik,” ujar Serka (Mar) Riyanto Pane, salah seorang penerima penghargaan tersebut.
Selain Pane, penerima lainnya ialah Kopda (Mar) Subiyanto. Keduanya membuktikan bahwa kemampuan Denjaka memang berada di atas kemampuan tentara angkatan laut negara lain peserta Rimpac 2014.
“Keunggulan tentara kita itu tidak pernah mengenal kata menyerah. Mungkin karena kita memiliki pepatah lama bahwa tidak ada rotan, akar pun jadi. Ini bisa negatif, juga bisa positif maknanya. Dan kita tidak pernah ketergantungan oleh satu alat. Contoh, ketika latihan menembak di sana, walaupun dengan menggunakan alat seadanya, ya kita jauh lebih unggul dibandingkan mereka yang sudah pakai alat canggih sekalipun, tetap mereka masih lewat dengan kami,” ujar Pane saat ditemui di Bumi Marinir Cilandak beberapa waktu lalu.
Menurutnya, TNI sudah terbiasa dengan hal-hal yang serba kekurangan. Hikmahnya, secara kemampuan, jauh lebih unggul.
Sementara itu, Kopda (Mar) Subiyanto menambahkan, “Memang kalau secara peralatan, kita jauh tertinggal, tetapi kemampuan kita bisa sejajar, bahkan lebih dari mereka.”
Kedua pria yang sebelumnya berasal dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib) ini mengakui dengan rendah hati bahwa porsi latihan di sana tidak ada yang lebih dari porsi latihan di sini.
“Dari sekian banyak porsi latihan yang diberikan oleh instruktur pada dasarnya sama saja, hanya namanya saja yang beda (menggunakan bahasa Inggris—red). Di sini pun kami juga sudah mendapat latihan seperti itu, bahkan sudah lebih jauh,” ujar Subiyanto.
Tetapi, mereka berdua mengakui bahwa pelatihan ini sangatlah berkesan dan istimewa, terutama dalam hal persahabatan antarbangsa dan antarnegara.
“Jadi, pada intinya, tidak ada yang baru dalam porsi latihan dan kemampuan, akan tetapi manfaat yang sangat berharga dalam latihan Rimpac ini adalah bagaimana kita menjalin hubungan dengan negara-negara lain. Jadi, maksud dari atasan-atasan kami mengirim kami ke sana agar mampu menyamakan persepsi dan mempererat hubungan antarnegara tadi. Dan saya katakan bahwa pelatihan ini sangat istimewa, karena kami bisa bersahabat dengan tentara dari negara lain,” tutur Pane.
Tetap Beribadah Puasa
Yang menarik dalam pelatihan Rimpac 2014 lalu dilaksanakan dalam nuansa bulan puasa bagi yang beragama Islam. Sehingga bagi yang menjalankan ibadah puasa akan menjadi kendala selama pelatihan.
Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi anggota Denjaka. Mereka tetap dengan semangat mengikuti porsi latihan dan menjadi panutan bagi tentara negara lain.
“Ini yang mereka heran, terutama US Marine. Mereka kalau latihan pasti bawa minum satu orang botol besar. Mereka sangat kaget melihat kita yang berpuasa tetapi tetap menjalankan porsi latihan yang sama,” ungkap Pane dengan penuh semangat.
Karena kemampuan dan ketangguhannya, Marinir Indonesia kerap mendapat pujian dan rasa kagum dari tentara negara lain. Ini pun diakui saat berakhirnya pelatihan, tenda Marinir Indonesia banyak dikunjungi kontingen negara lain.
“Yang pasti mereka sangat kagum dengan kita. Terlihat saat berakhirnya pelatihan, tenda Indonesia paling banyak dikunjungi oleh kontingen dari negara lain,” kenang Pane.
Pelatihan Rimpac 2014 diikuti 23 negara, dan untuk Marinir, dipusatkan di Kaniohe Bay (Marine Corps Base Hawaii).
Sumber : Jurnal Maritim
0 Response to "Anggota TNI Pernah Dapat Gelar GODZILLA dalam Latihan Internasional"
Posting Komentar