REDAKSI - Indonesia di era Soekarno menjadi amat disegani. Kepiawaian diplomasi Soekarno saat itu mampu mengatasi segala gangguan dari luar yang berupaya menggerogoti kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Harus diakui, kondisi tersebut kontras bila dibandingkan dengan saat ini. Meski memiliki sumber daya alam yang berlimpah, posisi Indonesia masih ketergantungan dengan negara lain, terutama dalam bidang perekonomian.
Hebatnya, Indonesia mampu diterima kedua negara besar yang terlibat perang dingin, yakni Uni Soviet dan Amerika Serikat kurun waktu 1953-1963. Diterimannya Indonesia oleh dua negara adidaya itu merupakan buah dari politik bebas aktif yang diterapkan kepemimpinan Presiden Soekarno.
Berdasarkan penelusuran dari beberapa sumber menyebutkan, kedekatan Soekarno dengan Amerika Serikat diawali penembakan terhadap anggota lembaga intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA) bernama Allen Pope.
Allen Pope berhasil ditembak jatuh oleh tentara Indonesia di Pulau Morotai dan menimbulkan kepanikan pemimpin Amerika Serikat saat itu, D Dwight Eisenhower atau Ike John yang khawatir kedok Amerika Serikat dan CIA akan terbuka menjadi dalang atas pemberontakan separatisme di Indonesia.
Peristiwa tertangkapnya Allen Pope menjadi tamparan keras bagi Amerika Serikat. Tentu saja bagi Soekarno ini kesempatan bagus untuk melakukan tawar-menawar dengan Amerika Serikat demi kepentingan dalam negeri. Apalagi Indonesia saat itu membutuhkan peralatan perang untuk menghadapi Belanda yang menduduki Irian Barat.
Sementara itu Ike John berusaha maksimal mendekati Soekarno untuk membebaskan pilotnya yang berhasil ditangkap pihak tentara Indonesia. Upaya ini dilakukan dengan mengundang Soekarno ke negeri Paman Sam itu pada Juni 1960.
Proses tawar-menawar ini sangat alot hingga empat tahun karena Soekarno tidak mau diatur oleh Ike John. Situasi mulai mencair ketika Ike John digantikan oleh John F kennedy memimpin Amerika Serikat.
Kennedy lebih memahami kepribadian Soekarno yang kuat dan tidak suka didikte. Upaya pendekatan pribadi yang dilakukan John F Kennedy ini akhirnya membawa hubungan persahabatan kedua pemimpin negara.
Kennedy tidak hanya mengundang Soekarno pelesiran ke negaranya, lebih dari itu dia mengajak Soekarno mengunjungi pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California.
Berkat kunjungan ini Soekarno dibantu dalam pembelian 10 pesawat Hercules tipe B yang terdiri atas delapan kargo dan dua tanker. Pesawat Hercules itulah menjadi cikal bakal lahirnya armada Hercules bagi AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia), sekarang TNI AU.
Pendekatan yang dilakukan John F Kennedy akhirnya mampu meluluhkan Soekarno yang ditandai pembebasan Allen Pope. Pembebasan dilakukan secara diam-diam Februari 1962 saat subuh.
Hasil positif lainnya dari tawar-menawar hasil penangkapan Allen Pope, Amerika Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia, termasuk menggelontorkan 37 ribu ton beras dan ratusan persenjataan yang dibutuhkan Indonesia saat itu.
Tawar-menawar ini berhasil mempertontonkan sebuah diplomasi dan negosiasi tingkat tinggi dua pemimpin negara yang berhasil mengangkat nama Indonesia di mata Amerika Serikat.
Sementara itu kedekatan Indonesia dengan Uni Soviet semakin intensif. Kedekatan itu terkait sikap politik Nasakom (nasionalisme, agama dan komunisme) Soekarno.
Kedekatan hubungan kedua negara ini ditandai dengan mengalirnya bantuan dari Uni Soviet termasuk berbagai kebutuhan militer.
Bahkan hubungan mesra kedua negara ini dibuktikan dengan dukungan penuh Uni Soviet ke Indonesia ketika kekuatan Indonesia melakukan penyerangan ke Malaysia tahun 1963.
Penyerangan ini didasari adanya keinginan Federasi Malaysia atau dikenal dengan persekutuan tanah melayu tahun 1961. Konsep Federasi Malaysia merupakan penggabungan Brunie, Sabah dan Sarawak.
Konsep ini dianggap melanggar Persetujuan Manila yaitu sebuah persetujuan berasal dari inisiatif Diosdado Macapagal yang ditandatangani pada 31 Juli 1963 oleh Federasi Malaysia, Republik Indonesia dan Republik Filipina dalam pertemuan dari tanggal 7 sampai 11 Juni 1963 di Manila.
Federasi Malaysia dianggap Seokarno sebagai akal-akalan Inggris untuk mempertahankan Neo Kolonialismenya dengan maksud menggencet Indonesia di segala bidang, khususnya ekonomi.
Berkat penggunaan hak veto Uni Soviet di rapat Dewan Kemanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) akhirnya lembaga internasional itu gagal mengeluarkan resolusi atas penyerangan tersebut.
Salah satu keberhasilan Soekarno memanfaatkan situasi perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat 1953-1963 demi kepentingan Indonesia ketika mengusir Belanda dari pendudukan Irian Barat.
Bermodal kecerdikannya, Soekarno mengatakan kepada pihak Amerika Serikat bahwa Indonesia akan dibantu Uni Soviet untuk mengusir Belanda dari Irian Barat. Rupanya upaya Soekarno ini membuahkan hasil, John F Kennedy selaku pemimpin Amerika Serikat saat itu langsung meminta Belanda sebagai salah satu negara sekutunya untuk hengkang dari Irian Barat.
Sumber:http://nasional.sindonews.com/read/1032742/19/kecerdikan-soekarno-manfaatkan-soviet-dan-amerika-1439470065
0 Response to "Demi Indonesia, Bung Karno Cerdik "Peralat" Soviet dan Amerika"
Posting Komentar