REDAKSI - Badan SAR Nasional Indonesia mengklaim masuk tujuh besar squad research and rescue elit dunia berdasarkan penilaian organisasi penerbangan sipil internasional (International Civil Aviation Organization – ICAO). Tim SAR Indonesia dianggap tangkas dalam melaksanakan tugas rescue sejumlah kecelakaan berbagai medan skala internasional.
“Kami tidak pernah meminta, tahu tahu SAR Indonenesia masuk tujuh besar tim terbaik dunia.” Kata Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya Bambang Soelistyo di Balikpapan, Kamis (21/1).
Soelistyo mengatakan SAR Indonesia terbukti mampu melaksanakan tugas tugas rescue di lokasi extreme contohnya pencairan pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata Kalimantan Tengah, pesawat Sukhoi di Gunung Salak hingga tenggelamnya KM Marina perairan Kolaka. Tim SAR Indonesia secara cepat mampu menemukan lokasi utama kecelakaan hingga evakuasi ratusan korban jiwa.
“Terbaru tenggelamnya kapal di perairan Kolaka. Total penumpang 118 orang berhasil ditemukan sebanyak 106 orang. Sudah maksimal,” paparnya.
Tim SAR negara lain, kata Soelistyo mengagumi cepatnya koordinasi lintas instasi SAR Indonesia menghadapi tantangan research and rescue bencana. Menurutnya SAR Indonesia mampu memaksimalkan potensi sumber daya bersama instansi TNI/Polri, pemerintah daerah dan unsur masyarakat.
“Setiap kali pertemuan di luar negeri, mereka selalu memuji kinerja SAR Indonesia,” ujarnya.
Penilaian ICAO ini, menurut Soelistyo menjadi pemacu agar SAR Indonesia mampu meningkatkan profesionalisme di masa masa mendatang. Dia mengatakan SAR Indonesia masih memiliki banyak keterbatasan yang harus diatasi secara bertahap.
Soelistyo menyebutkan jumlah personilnya yang terbatas sebanyak 3.250 orang dari total kebutuhan minimal sebanyak 5.700 orang. Demikian pula sarana prasarana pendukung seperti kapal, helicopter hingga pesawat terbang.
“Kapal SAR jumlahnya sudah lumayan sebanyak 65 kapal. Kami masih kekurangan helicopter dan pesawat yang masih terkonsentrasi di Jawa. Semestinya di Sumatera dan Kalimantan masing masing harus ada 2 pesawat untuk berbagai kepentingan SAR,” tuturnya.
Anggaran SAR Indonesia sebesar Rp 2,4 triliun tidak mencukupi untuk pengadaan berbagai peralatan yang nilainya bisa mencapai ratusan miliar. Anggaran ini hanya mencukupi untuk alokasi gaji seluruh personil dan operasional tugas lapangan.
Dengan kondisi geografis cukup sulit di antara 18 ribu pulau yang ada, kata Waldron, Indonesia juga punya banyak pengalaman kecelakaan pesawat, kapal, dan bencana alam.
Di antara banyaknya kisah kehebatan tim SAR Indonesia tersebut, berikut ada tiga cerita penyelamatan yang membuat Tim SAR Indonesia diakui di dunia yang dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (22/5):
1. Tim SAR Sukhoi Superjet 100
Proses penyelamatan korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 pada hari 9 Mei 2012 di Gunung Salak lalu pastinya merupakan salah satu saksi betapa hebatnya tim SAR kita. Bayangkan saja, 2.000 orang yang dibagi menjadi 750 tim selama 10 hari berusaha menjalankan misi evakuasi menyusuri Gunung Salak. Tentu bukan perkara mudah karena tim gabungan ini harus benar-benar menyusuri jalanan berliku yang dikelilingi hutan lebat dan saat malam tiba mereka berusaha menghangatkan diri dengan tidur di dalam kantong jenazah.
Bahkan saat jenazah sudah ditemukan pun anggota tim SAR tetap harus bermalam dengan kantong jenazah berisikan tubuh korban. Selain itu proses membawa pulang kembali jenazah juga tidak mudah, karena tim harus menaiki tebing dengan jalur yang tidak mudah sembari memikul beban yang beratnya lebih dari 10 kg.
2. Tim SAR Air Asia
Tim SAR kembali lagi diuji kekuatannya saat harus menemukan jejak kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 di wilayah Pangkalan Bun, Kalimantan Timur, 28 Desember 2014 lalu. Pencarian yang dilakukan oleh tim gabungan dari Basarnas serta tiga angkatan TNI tersebut tentunya tetap bukan hal yang mudah.
Bayangkan saja, mereka harus melakukan pencarian di tengah medan yang sulit dan juga cuaca yang tidak bersahabat dan pencarian tersebut juga dilakukan dari lini udara dan laut. Namun, lagi-lagi kehebatan tim SAR harus diapresiasi karena mereka dapat menemukan puing pesawat serta jenazah korban di hari ketiga pencarian. Dan hal itulah yang kemudian membuat pencarian Air Asia QZ8501 dinyatakan sebagai proses pencarian tercepat sepanjang sejarah tragedi penerbangan dunia, seperti dilansir dari The Wall Street Journal Kamis (21/5).
3. Tim SAR kawah Gunung Merapi
Kehebatan tim SAR Indonesia selanjutnya dibuktikan dalam proses evakuasi terbaru, Eri Yunanto (21), mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta, yang terpeleset di kawah Gunung Merapi pada hari Sabtu 16 Mei 2015 lalu. Korban diketahui berada di sekitar titik kedalaman 150-200 meter dari bibir kawah.
Evakuasi korban yang berada dalam kawah sebuah gunung bukanlah hal yang sepele, karena sebelumnya tim SAR sempat masuk ke kedalaman 40 meter sebelum kemudian kembali ditarik karena memang suhunya yang panas dengan jarak pandang yang juga terbatas. Butuh sekitar tiga hari bagi anggota tim untuk mengevakuasi korban.
Ada sekitar enam orang yang turun untuk evakuasi korban yang harus berperang dengan hembusan gas sulfatara yang beracun serta suhu kawah yang mencapai 140 derajat celcius. Dan akhirnya pada tanggal 19 mei kemarin tim SAR mulai membawa korban turun dari puncak merapi pada pukul 12.29 WIB dan sampai di Pasar Bubrah pada pukul 13.00 WIB.
(brl/gib)
0 Response to "3 Peristiwa Penyelamatan oleh Tim SAR Indonesia yang Mengejutkan Dunia"
Posting Komentar