Geloranusa - Hercules Lockheed C-130 adalah pesawat angkut yang telah terbukti tangguh dan sangat adaptif dipergunakan di berbagai medan dengan berbagai macam fungsi. Aksinya mulai dari daerah bersalju di antartika dan kutub utara (dengan memasang skid di landing gear-nya), daerah cuaca tropikal dan pegunungan, hingga ke bentangan gurun pasir dengan suhu membakar kulit. Begitu pula dengan fungsinya. Mulai dari pengangkut pasukan, ambulan udara, tanker, SAR, coastguard, drone control, recce (pengintai), weather control, fire bomber, bahkan sebagai gunship.
Dan ini bukan omong kosong. Saat ini, usia keluarga Hercules sudah enam puluh satu tahun (per 23 Agustus 1954, saat first flightnya). Populasinya pun sudah tersebar dan masih di lebih dari 67 kesatuan militer negara-negara di dunia. Padahal jumlah ini belum terhitung dengan operator sipil di negara negara sedunia. Bahkan saat ini terdengar berita, bahwa Perancis, yang memproduksi Airbus A-400 yang digadang2 dapat menggantikan Hercules, masih memesan C-130J untuk kebutuhan angkatan udaranya. Karena itu, tidaklah heran juga akhirnya banyak orang selalu bilang bahwa yang dapat menggantikan Hercules ya Hercules itu sendiri.
Umumnya dalam setiap pengadaan pesawat militer, baik jenis pesawat tempur maupun transport, tiap tipe dibeli lebih dari satu unit. Tapi ada yang berbeda dari pengadaan pesawat intai maritim yang satu ini. Tepatnya pada awal dekade 80-an, saat Rencana Strategis (Renstra) II Hankam dicanangkan, TNI AU mendapatkan penambahan kekuatan untuk lini pesawat fighter, trainer, helicopter, dan transport. Dan, bicara di lini transport, jelas yang menjadi prioritas adalah pembelian armada pesawat angkut berat C-130 Hercules dari AS.
Merujuk ke sejarahnya, TNI AU memang sudah mengoperasikan C-130 Hercules sejak 1960, yakni lewat seri C-130B Hercules dengan jumlah 10 unit, dua diantaranya adalah versi tanker KC-130B. Tapi seiring perkembangan, dimana usia C-130B sudah kian tua, ditambah ada pesawat yang telah mengalami crash, maka adalah kebutuhan utama untuk meningkatkan serviceable bagi armada Hercules. Ini tentu mudah dipahami, mengingat selain mengemban misi strategis dalam angkut militer, keberadaan Hercules amat vital mendukung operasi tempur bukan perang, seperti pada operasi bantuan kemanusiaan saat bencana alam.
C-130 Hercules akan menjadi legenda terbang sepanjang masa. Apalagi dalam kamus penerbangan, tidak akan pernah ada istilah pesawat mati karena umurnya tua. Semua bisa di-nolkan kembali, termasuk Hercules ini. Termasuk diantaranya adalah Hercules TNI-AU. TNI-AU mempunyai fasilitas Depohar-10 di Bandung. Depohar yang terletak di Lanud Hussein Sastranegara ini dapat melaksanakan kegiatan overhaul C-130 Hercules mulai dari mesin, airframe, struktur, hingga avionik. Yang jelas, pesawat akan mati jika suku cadang dan siklus maintenance maupun repairingnya benar benar hilang ataupun dihentikan.
Walaupun punya varian sipil, kandang Hercules memang di militer. Tugas utamanya, memberikan dukungan bagi angkutan pasukan maupun logistik. Performa pesawat tambun dan sangat lapang ini menjadi keunggulan sendiri. Apalagi pesawat ini memiliki ramp door yang digerakkan otomatis dengan sistem hidraulik. Selain itu, berbagai peran telah dijalani oleh C-130 Hercules TNI AU. Dari peran ambulan sewaktu tanggap darurat bencana alam, menerjunkan pasukan sewaktu operasi Seroja di Timor Timur, penerjunan bulldozer saat pembukaan lapangan terbang di pedalaman Irian Jaya, operasi pengangkutan Transmigran di era Orde Baru, pengiriman bantuan kemanusiaan ke landasan darurat di Afghanistan hingga penebaran garam bagi upaya rekayasa cuaca hujan buatan.
sumber http://www.hobbymiliter.com/1338/inilah-c-130-hercules-pesawat-angkut-segala-medan
0 Response to "Sang Legenda Hercules C-130, Pesawat Angkutan Segala Medan"
Posting Komentar