Geloranusa - Beberpa waktu lalu, Pernyataan Presiden Jokowi terkait pemboikotan produk-produk asal Israel disampaikan langsung di hadapan jurnalis internasional setelah Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) di Jakarta Convention Center, Gelora Senayan, Jakarta Pusat.
Pemerintah melalui Komisi I DPR menyebut pernyataan Jokowi tersebut merupakan langkah berani. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai oposisi pemerintah ikut memuji sikap tersebut.
Meski tak memiliki hubungan langsung, bukan berarti Indonesia tak pernah bersinggungan dengan negara Zionis tersebut. Dalam catatan sejarah, Indonesia sudah tiga kali membeli produk militer dari Israel.
Semasa Jenderal Benny Moerdani menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI kemudian menjadi Panglima ABRI, militer Indonesia punya hubungan baik dengan Israel.
Namun kerja sama tersebut tak dimunculkan ke publik karena di atas kertas, Indonesia tak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Karena itu kerja sama yang digagas Benny Moerdani kebanyakan operasi intelijen yang penuh dengan kerahasiaan.
Pengamat militer senior Salim Said dalam buku Dari Gestapu ke Reformasi, menulis Benny bahkan pernah meminta untuk meminjam roket dari Israel.
Hal itu dilakukan Benny untuk menangkal serangan pada pesawat kepresidenan saat Presiden Soeharto mengadakan perjalanan ke Timur Tengah. Namun rupanya ketakutan Benny soal serangan yang mengancam Soeharto tak pernah terbukti.
Fakta lain menunjukkan Benny Moerdani juga membeli dan melatih para pilot TNI AU di Israel. Operasi super rahasia itu dinamakan Operasi Alpha. Benny membeli pesawat A4 Skyhawk dari Israel.
Sejumlah pilot TNI AU mengira awalnya mereka dikirim ke AS, namun ternyata mereka malah dibawa ke Israel. Di sini para pilot berlatih di bawah Israeli Defence Force. Tapi Benny kemudian meminta semua wing, ijazah atau foto yang berkaitan dengan Israel semua dibakar. Sehingga tak ada bukti para pilot dilatih di Israel.
Selain itu, Indonesia juga membeli secara khusus senapan semi otomatis dari Israel. Senapan tersebut adalah IMI Uzi atau bernama internasional MP-2, merupakan jenis senjata mesin ringan yang menyerupai pistol. Senjata ini dikembangkan sejak 1949 dan mulai digunakan militer Israel sejak tahun 1954.
Titik berat senjata ini terletak di atas grip pistol, perubahan massa berat senjata saat ditembakkan relatif kecil. Alhasil, saat ditembakkan dengan salvo panjang pun kestabilannya tetap terjamin.
Menembak dengan senjata ini boleh dikatakan sama tenangnya dengan menembakkan pistol jenis otomatis seperti FN 9 mm, bahkan mungkin lebih tenang. Peluru yang dipergunakan adalah Parabellum 9x19 mm, dengan magasen mulai dari isi 25 peluru sampai 32 peluru.
Kecepatan menembaknya mencapai 60 butir peluru per menit, sedangkan ketika melakukan tembakan beruntun akan mencapai 100 sampai 120 peluru per menit. Jarak menembak otomatis mencapai 100 meter dan akan meningkat ketika melakukan tembakan salvo hingga 200 meter.
Karena keefektifannya dalam menembak, senjata ini pernah digunakan Kopassus dalam operasi pembebasan sandera di Woyla, Thailand. Dalam misi tersebut, korps baret merah ini berhasil menembak mati tiga dari lima orang teroris, dan melukai pemimpinnya. Sedangkan sisanya ditembak mati saat terdorong keluar pesawat.
Sumber:http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-misi-rahasia-pembelian-senjata-tni-ke-israel.html
0 Response to "Kerjasama Intelijen Indonesia dengan Israel, Bagaimana Ceritanya?"
Posting Komentar